2012. Berakhir. Dengan. Sangat. Cepat.
Tidak dapat dipungkiri, tahun ini memuat sungguh banyak catatan
hidup dan momen yang berkesan dalam hidupku. Masih segar dalam ingatanku saat
setahun yang lalu aku dan keluarga memanfaatkan momen pergantian tahun untuk
berkumpul bersama. Saat itu, kakak sulungku baru saja pulang dari benua Eropa
setelah menyelesaikan studi masternya. Ya, kami tidak biasa menghabiskan malam
tahun baru dengan ikut terlibat dalam keramaian. Biasanya kami berlomba “tidur
setahun”, menonton film bersama, ataupun seperti tahun lalu dengan makan dan
berkumpul bersama.
Akhir tahun ini ceritanya menjadi berbeda. Ada di suatu
benua lain yang letaknya ribuan kilometer jauh dari kampung halaman. Merasakan
pergantian tahun dalam suhu dingin yang menusuk-nusuk. Tentunya, aku punya
agenda khusus untuk momen ini. Ya, sekali lagi, sekali pun aku tidak terbiasa
merayakan hal ini dalam keramaian. Besok malam aku dan beberapa orang teman
Indonesia, sesama perantau di negeri van Oranje, akan mengadakan acara
masak-masak bersama di rumah kami. Sebut saja Mbak Ratna, seorang istri yang mendampingi
suaminya yang tengah menjalani studi doktoral di kampus Twente. Mbak Dwi,
penghuni baru kota Enschede yang datang dari Medan untuk program PhD di bidang
farmasi. Mei, si roommate, yang
tengah berjibaku dengan persiapan sidang tesisnya. Dan mungkin beberapa orang
teman lain yang juga tentunya akan semakin menambah kebersamaan. Agendanya,
kami akan membuat cheese cake, cornflake
chocolate cookies, dan pempek adaan. Selebihnya, kami akan menonton film
bersama sambil menikmati hidangan.
Oke, kembali ke pergantian tahun. 2012 adalah tahun yang
membuat aku mengerti tentang arti pengharapan. Saat asa hadir dan timbul tenggelam
bersama kekhawatiran dan kekecewaan. Saat cita menjadi akhir dari sebuah
perjuangan. Saat langkah demi langkah, satu persatu, menginjakkan kaki dalam
mimpi-mimpi yang ingin kuraih. 2012 adalah saat berburu mencari sekolah terbaik
dan beasiswa studi master. 2012 penuh dengan nuansa baru, saat aku
mendefinisikan kembali tentang apa yang aku cari. Saat aku keluar dari track yang mungkin menjadi suatu hal
yang seharusnya dikejar oleh kami
para lulusan muda. Saat-saat baru saja resign
dari kantor. Saat dihujam banyak pertanyaan, kenapa memilih untuk menjadi
berbeda. Saat mungkin banyak yang memberi dukungan untuk pilihan yang aku ambil
untuk kembali bersekolah dan punya mimpi mengembangkan riset dan pendidikan
Indonesia nanti. Saat orang-orang terdekat selalu hadir menguatkan. Saat ada
banyak keraguan yang muncul dari sejumlah pihak, kenapa aku mengundurkan diri
dari perusahaan yang seharusnya sudah
sesuai dengan track kami. Kenapa, Mut? | Lo harusnya bisa lebih capable dari ini. | Yakin, Muthia? | If I were
you, I won’t. | Lo memang yang paling
fenomenal, Mut. Terjun bebas.. Ya, demikian sejumlah komentar yang membangun
dan pula menguji. Mungkin belum saatnya di penghujung tahun ini untuk menjawab
keraguan-keraguan ini. Biarlah ini jadi cerita untuk tahun-tahun selanjutnya. Biarlah
aku rasakan dan aku cari apa yang aku butuhkan untuk jalan hidup ini. Biarlah
aku terus berusaha.
2012 memberi jawaban untuk hal-hal baru yang aku cari.
Saat satu persatu keinginan berubah menjadi bentuk-bentuk yang tidak lagi
abstrak. Diterima di dua kampus yang terletak di benua Eropa. Kebahagiaan yang
memuncak, sekaligus kegalauan paling bermutu sepanjang hidup untuk memutuskan
pilihan mana yang harus diputuskan. 2012, saat pertama kali merantau jauh dari
keluarga tercinta dan teman-teman terbaik. Saat ada kalimat perpisahan yang
menjadi akhir ceritaku di Indonesia untuk tahun ini. Saat-saat haru memeluk
satu persatu teman dan bisikan dalam hati untuk tetap terus diingat oleh
mereka. Jangan lupakan aku sampai kapan
pun. Saat telah siap berdiri di situ dengan tas ransel. Saat berpamitan
dengan orang tua dan kakak sulungku. Saat pertama kali menitikkan air mata dan
berkata pada Mama, tunggu aku di sini.
Anakmu akan pulang dengan keberhasilan yang membahagiakanmu. Saat koper
digeret masuk ke dalam ruang tunggu bandara Soekarno Hatta. Saat melambaikan
tangan ke arah mereka yang berdiri di luar sana. Saat pertama kali mengucapkan,
sampai jumpa lagi, Indonesia.
2012, saat resolusi nomor satu yang aku goreskan di akhir
tahun 2011 terlaksana dengan baik. Saat aku berpuas dan tertawa berbahagia
menambahkan tanda centang di samping list
itu. Resolusi nomor satu itu, menginjakkan kaki di tanah Belanda dan
Jerman. Resolusi nomor satu ini diberi hadiah tambahan dengan negara Belgia. 2012,
saat mengenal komunitas baru dan lebih heterogen dibandingkan pergaulan
sebelumnya. Saat menjadi mahasiswa internasional dan bergaul bersama
teman-teman internasional. Saat mengeksplorasi banyak tempat baru. Saat
berkontemplasi dalam sebuah kereta untuk sebuah perjalanan. Saat pertama kali menikmati
pemandangan warna warni daun musim gugur. Saat pertama kali merasakan salju.
Saat pertama kali sebegitu takutnya sendiri dan ditinggalkan. Saat merasa jauh
dari rumah dan keluarga. Saat terus berharap untuk membahagiakan kedua orang
tua, walau terpisah negara dan benua.
2012, tahun penuh harapan dan pembaruan. Saat semuanya
mungkin menjadi awal pembeda perjalanan yang aku tempuh dengan aku yang hidup
di dimensi lain (jika hanya jika keberadaaannya ada). Saat semakin banyak keinginan
untuk meraih cita-cita. 2012, saat semuanya kembali menjadi baru. Dan 2012,
saat ini baru saja menjadi awal. Saat perjalanan panjang baru saja dimulai.
2012, terima kasih.
Senangnya punya pengalaman yang sangat berharga di Eropa! :)
ReplyDeleteSalam kenal, saya Ricky di Bandung.
Oya mbak, bisa minta alamat emailnya?
Mau tanya sesuatu tentang Beasiswa Unggulan...
Makasih banyak :)