Tulisan ini menjadi satu yang
merangkum berbagai peristiwa menarik yang terjadi di bulan Oktober. Ini adalah
bulan kedua aku bertempat tinggal di kota ini, Enschede, Belanda. Bulan ini ada
begitu banyak cerita yang sayang untuk dilewatkan tanpa menuliskannya dengan
rangkaian kata-kata. Mulai dari kedatangan kunjungan Uda Iki (RM2) dari Jepang,
kunjungan Pak Kamarza, Bu Elsa, dan Nandy (juniorku di Teknik Kimia UI yang
dikenal sebagai shining star :D ), acara Indonesia Evening, Eid Mubarak, serta
seluk beluk kepanikan mempersiapkan diri untuk ujian akhir di kuarter 1 ini.
Berawal dari tanggal 8 Oktober. RM2
yang saat ini tengah di tahun akhir program master di Nagoya University,
Jepang, mendapat kesempatan untuk menjadi peserta konferensi di Madrid,
Spanyol. Dari cerita RM2, ini adalah paper-nya
yang kelima yang diikutsertakan di konferensi internasional (*sigh, kapan ya
gue bisa kaya gitu juga). Setelah menghabiskan waktu selama seminggu di Spanyol
dan beberapa hari travelling ke
Paris, RM2 akhirnya bertolak menuju Belanda. RM2 kebetulan mendapat kesempatan
untuk lab visit ke kampusku,
University of Twente. Sungguh, rasanya senang sekali saat mendengar kabar
kedatangan RM2. Pertemuan dengan kakak sendiri di negeri orang di benua lain
adalah suatu hal yang aku inginkan sejak dulu. Teringat pada tahun 2010, saat
RM1 dan RM2 berfoto bersama di Italia. Saat itu, RM2 juga menghadiri konferensi
internasional di Italia, sekaligus mengunjungi RM1 yang sedang studi master di
Italia. Iri rasanya saat itu, saat aku mendapati foto mereka berdua via
facebook. Aku juga punya mimpi yang sama saat itu. Ingin bertemu dengan mereka
di belahan bumi lain, di negara lain dan benua lain. Alhamdulillah, tiba
saatnya giliranku. Mimpi itu terwujud. Di hari itu, 8 Oktober, aku bertemu
dengan RM2 di depan stasiun Amsterdam Centraal. Sesaat berasa sekedar mimpi
ketika aku mendapati sosok kakakku yang berjalan menarik kopernya dari
kejauhan, aula stasiun Amsterdam Centraal. Dan mimpi itu terwujud. Kami berdua
lalu mengabadikan momen tersebut dalam sebuah foto. Zaanse Schans, Belanda. Di
depan kincir-kincir angin dan kanal yang lebar.
RM2 dan RM3 di Zaanse Schans, Belanda
Pertemuan dengan RM2 memang sangat
teramat singkat. Tidak adil rasanya memang. Kami terakhir kali bertemu saat
setahun lalu di Indonesia. Saat itu, RM1 dan RM2 pulang ke Indonesia untuk
menghadiri wisudaku. Tidak bertemu selama setahun hanya dibayar dengan
pertemuan satu setengah hari di Belanda. Namun, aku merasa bersyukur dengan
pertemuan ini. Waktu yang singkat membuat kami memanfaatkan momen pertemuan
tersebut. Kami memaknai setiap waktu dengan percakapan yang berarti. Mulai dari
cerita perjalanan studi kami masing-masing di negeri orang, hingga obrolan-obrolan
lain yang menyenangkan. Cukup hatiku saja yang tau tentang kehangatan hari itu.
Semoga suatu saat nanti, aku pun bisa berkunjung ke Jepang untuk menemui RM2.
Lanjut, cerita di minggu depan saat
bertemu dengan Pak Kamarza, Bu Elsa, dan Nandy. Mendapati kunjungan kedua ini
adalah suatu hal yang tidak kalah menggembirakan. Kali ini, aku dan Nandy
bertemu saat turun dari kereta di stasiun Delft. Di peron itu, dari kejauhan
Nandy melambai-lambaikan tangan dan memastikan bahwa akulah orang yang berdiri
di hadapannya. Sedikit berjalan mempercepat langkah sekaligus merapatkan coat dan syal, aku membalas lambaian
tangan Nandy. Di momen ini, aku teringat rangkaian cerita Laskar Pelangi, saat
Ikal dan Arai bertemu di benua Eropa. Dalam keseharian, mungkin cerita kami
tidak seinspiratif para tokoh di Laskar Pelangi. Kami (dulunya) hanyalah
mahasiswa-mahasiswi Teknik Kimia UI yang punya tempat belajar, bermain,
berorganisasi yang sama. Namun, kami sadar. Luar biasa rasanya. Di masa
sebelumnya, kami biasa bertemu di gazebo kampus, untuk mengerjakan tugas atau
rapat organisasi. Kini, kami bertemu di kesempatan lain dan momen yang berbeda.
Stasiun Delft, Belanda. Hari itu sungguh luar biasa. Kami lalu terus berjalan
meninggalkan jejak-jejak langkah di peron stasiun, mengulas serangkaian cerita
mengenai hidup kami masing-masing.
Setelah bertemu di stasiun Delft,
kami lalu menemui Pak Kamarza dan Bu Elsa yang menginap di rumah salah seorang
kolega mereka di sekitar kampus Delft. Makan pagi bersama dengan roti gandum, croissant,
keju, dan selai buah. Ada tawa dan kebahagiaan di sana. Kami membahas semua
hal, berita di Indonesia, hal-hal yang terjadi selama aku menetap di Belanda,
obrolan santai ringan yang menyenangkan. Lalu, setelah makan pagi, kami
berempat berangkat menuju centruum Delft. Sambil berjalan di pinggiran kanal
dan bangunan kuno kota Delft, kami terus bercerita dan tertawa. Hujan dan suhu
dingin di hari itu seolah dikalahkan oleh kehangatan hati kami masing-masing.
Lalu, aku, Pak Kamarza, dan Bu Elsa menghabiskan hari dengan makan ikan
Kibbeling di centruum Delft, minum 3 gelas kopi di IKEA, berkeliling di kampus
Delft (ditemani Mbak Enik), dan mengunjungi kak Eki (seniorku Teknik Kimia UI
angkatan 2004) yang melahirkan putri pertamanya di hari yang sama. Alhamdulillah.
Jauh di dalam hati ini, aku merasakan kehangatan yang luar biasa berada di
tengah-tengah semua orang.
Centruum Delft bersama Nandy
Minggu berikutnya, kami mahasiswa
Indonesia sibuk dan fokus mempersiapkan acara Indonesia Evening. Acara ini
adalah kegiatan tahunan yang diadakan Persatuan Pelajar Indonesia Enschede di
kampus University of Twente. Tahun ini, aku mendapat tugas menjadi penanggung
jawab acara Tari Saman. Maka, aku bersama 10 mahasiswa lainnya menjaga
intensitas latihan Tari Saman kami, sebelum memberikan sebuah performa pada
tanggal 18 Oktober. Acara berlangsung dengan sukses. Kami berhasil membawakan
Tari Saman di depan mahasiswa dan masyarakat internasional. Ada bangga
bercampur haru saat aku dan teman-teman membawakan sebuah tari warisan budaya
tersebut. Kami ingin mempersembahkan sesuatu untuk Indonesia di malam itu.
Acara Indonesia Evening tidak hanya diwarnai dengan penampilan Tari Saman. Ada
pula Tari Perang Nias, Tari Selendang, Tari Piring, dan sederetan persembahan
dari band mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Belanda. Bagian bermakna
setelah berlangsungnya acara Indonesia Evening adalah semakin terjalinnya
persahabatan yang kian erat bagi kami para mahasiswa yang berkuliah di Enschede.
Mulai dari latihan Tari Saman selama sebulan sebelum acara, berlanjut dengan
acara santai di kehidupan sehari-hari. Momen ini bukan hanya menjadi sebuah
program kerja Persatuan Pelajar Indonesia di Enschede, melainkan (jika bukan
merupakan sebuah titik awal) telah menjadi ajang untuk mencairkan hubungan
pertemanan di antara kami semua.
Penampilan Tari Saman di Indonesia Evening, 18 Oktober 2012
Hingga setelah acara Indonesia
Evening, tibalah saatnya bagi kami untuk mempersiapkan diri menuju ujian akhir
kuarter 1. Setiap hari, alokasi waktu untuk belajar dan berdiskusi kelompok
bertambah. Kami disibukkan dengan pembahasan tiap modul dan latihan soal. Tentunya,
kami menjalani tugas belajar ini dengan senang hati. Selain itu, perayaan Idul
Adha di akhir bulan Oktober seolah menjadi oase yang mempercantik perjalanan di
bulan ini. Alhamdulillah. Walaupun jauh dari kampung halaman, kami tetap bisa
menunaikan sholat Ied berjamaah di Masjid Maroko kota Enschede. Hal yang paling
indah di hari ini adalah ukhuwah Islamiyah yang terasa begitu kental. Di masjid
ini, kami para jemaah saling bersalaman, berpelukan, cium pipi ala Belanda, dan
mengucapkan “Eid Mubarak”. Tak peduli dengan beda suku, ras, asal negara, dan
bahasa, kami semua tersenyum dengan wajah gembira dan saling sapa. Nuansa ini
begitu nikmat untuk dihayati. Di tempat ini, kami menjadi kaum minoritas bila
dikaji dari segi agama. Namun, kekeluargaaan dan persaudaraan terasa begitu
hangat dan kental. Tidak kalah dengan saat kami merayakan Idul Adha di tanah
air dulu.
Alhamdulillah. Perjalanan dua bulan
di Enschede telah selesai. Namun, catatan ini hanyalah awal untuk melanjutkan
perjalanan yang panjang di depan sana. Satu hal yang membuatku tenang adalah
selalu ada cinta yang mewarnai keseharian. Selalu ada momen berkesan yang
sayang untuk dilewatkan. Di mana pun, kapan pun, selalu ada cinta, selama ada
kehangatan di masing-masing hati kita. Alhamdulillah. Perayaan Idul Adha hari
ini tidak kalah meriah. Kami keluarga Indonesia yang tinggal di sekitar kampus
University of Twente merayakan Idul Adha bersama-sama. Tongseng, sate, opor
ayam, lontong, sambel ati. Tawa dan kehangatan. Alhamdulillah. Begitu banyak
ucapan selamat Idul Adha yang datang dari Indonesia. Di mana pun dan kapan pun,
jarak dan waktu tidak akan memisahkan ukhuwah, karena selalu ada cinta di
antara kita.
kaaa~ aku speechless, ga tau mau komen apa.. kereeeeen~ *mupeng* T^T
ReplyDeleteternyata yang paling ga mirip itu RM 1. hohoho
ReplyDelete